.

.

Last Forever

Bagaimana jika memiliki
hanya membuat kita saling melukai?

"Seharusnya, aku tidak boleh mengharapkanmu. Seharusnya, aku tahu diri. Tapi, Lana... ketakutanku yang paling besar adalah... aku kehilangan dirimu pada saat aku punya kesempatan memilikimu."
Samuel

"Untuk berada di sisimu, aku harus membuang semua yang kumiliki. Duniaku. Apa kau sadar?"
Lana

Dua orang yang tidak menginginkan komitmen dalam cinta terjerat situasi yang membuat mereka harus mulai memikirkan komitmen. Padahal, bagi mereka, kebersamaan tidak pernah menjadi pilihan. Ambisi dan impian jauh lebih nyata dibandingkan cinta yang hanya sementara.

Lalu, bagaimana saat menyerah pada cinta justru membuat mereka tambah saling menyakiti? Berapa banyak yang mampu mereka pertaruhkan demi sesuatu yang tidak terduga?



[kategori] novel
[genre] roman
[penerbit] Gagasmedia
[editor] Jia Effendie
[desainer sampul] Ayu Widjaja
[tahun] 2015

------------------------------------------------------------------------------------

Dalam novel kedelapan saya, kalian akan bertemu dengan Lana, perempuan tiga puluhan tahun yang mandiri dan sedang di puncak karier. Dia tidak ingin menikah, tidak ingin berkeluarga. Dari pengalaman ibunya, dia belajar bahwa komitmen merugikan dirinya.

Kalian juga akan bertemu dengan Samuel, lelaki mapan yang sering mendapat penghargaan di dunia perfilman dan senang gonta-ganti pasangan. Dia pun tidak ingin menikah, apalagi berkeluarga. Bagi dia, komitmen mengekang kebebasan.

Karena itu, keduanya menjalin hubungan tanpa ikatan. Enam tahun lebih mereka putus-sambung. Lana tinggal di Washington, bekerja di National Geographic. Samuel di Jakarta, mengembangkan studio film miliknya sendiri.

Last Forever menawarkan cerita cinta, tetapi bukan cerita cinta yang lugu dan naif. Saat pertama kali mengenalnya, cinta membuat kita mabuk dalam rasa. Begitu mengenalnya lebih dalam, kita sadar bahwa cinta tidak semata-mata tentang rasa. Ada keraguan dalam cinta. Ada yang menyebabkan kita takut. Ada yang dipertaruhkan.

Cinta, pada satu titik, memiliki konsekuensi. Samuel dan Lana berada di titik itu.

Novel ini bersaudara dengan Montase, meskipun saya tidak akan menempatkan keduanya dalam satu rak yang sama. Montase diperuntukkan bagi pembaca muda. Last Forever diperuntukkan bagi pembaca dewasa. Saya tidak akan meminta pembaca Montase mengintip Last Forever. Tetapi, saya juga tidak akan melarang. Silakan. Paling tidak, kalian bisa bertemu kembali dengan Rayyi--tentunya kali ini dia hanya tokoh pendukung.

Ya, Samuel yang kita bicarakan sejak tadi adalah Samuel Hardi. Kali ini, kita akan mencampuri kehidupan sineas genius yang luar biasa arogan ini. Semoga kalian menikmatinya seperti saya. Selamat membaca. Novel ini saya persembahkan untuk kita yang pada akhirnya memutuskan untuk memilih cinta.

17 comments:

  1. Nggak sabar bacanya.. Samuel :)

    ReplyDelete
  2. Nggak sabar bacanya. Sukses terus Mbak Windry :)

    ReplyDelete
  3. taraaaa.. akhinya cover ini yg dipilih .. hanya tone warna layoutnya yg diganti biru da tu membuatnya perfect cute dan mengundang tanda tanya ... ahh,, kapan release mba Win ?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Last Forever siap didistribusikan pada pertengahan Oktober :)

      Delete
  4. Kak windry ngadain Po Kayak orange dulu dong..
    Pas liat ini pertama bener2 bikin penasaran hehehehe.. selalu bikin terpesona😍😍

    ReplyDelete
  5. Kak windry ngadain Po Kayak orange dulu dong..
    Pas liat ini pertama bener2 bikin penasaran hehehehe.. selalu bikin terpesona😍😍

    ReplyDelete
  6. wah, udh gk sabar.. ditunggu rilisannya mbak :D

    ReplyDelete
  7. Kak, udah nemu kemaren di Gramedia.. novel yang sangat kereeeen.. ^^

    ReplyDelete
  8. Mbak Windry, apakah bisa memesan novel melalui Mbak?

    ReplyDelete