.

.

Unforgotten



Hai! Post yang satu ini saya hadiahkan kepada penerbit tersayang saya.

4 Juli. Gagasmedia berulang tahun kesepuluh hari ini. Dan, saya ingin berbagi beberapa momen tidak terlupakan. Dimulai dari 2008.

Tahun itu saya diselamatkan. Saya penulis pemula. Sangat pemula. Belum genap satu tahun saya belajar menulis fiksi saat saya mengirimkan naskah novel pertama, Orange, ke beberapa penerbit. Lalu, seperti kebanyakan dari kita, satu per satu penerbit menolak naskah saya. Alasan mereka macam-macam. Tetapi, apa pun alasan mereka, itu membuat harapan saya semakin ciut setiap kali mendengarnya. Dan, setelah empat bulan, saya tidak lagi berharap. Saya pikir, okelah saya menulis di blog saja.

Satu sore, Resita Febiratri menelepon saya. Saya sedang sakit. Dia berkata, Gagasmedia akan menerbitkan naskah saya. Dia juga bertanya, "Kok Windry nggak senang, siiih?" Saya memang tidak berjingkrak-jingkrak saat itu. Tidak bisa, lebih tepatnya. Sudah berhari-hari suhu saya tinggi dan badan saya lemas. Saya berbicara dengan Resita sambil berbaring. Tetapi, percayalah, saya senang. Bukan semata-mata karena naskah saya akan diterbitkan, melainkan karena ada penerbit yang memercayai dan menyukai karya sederhana saya.

2009. Saya menerbitkan Metropolis lewat penerbit lain. Sesuatu yang tidak bisa tidak. Buku kedua saya berbeda genre dengan Orange dan saat itu (dan mungkin sekarang juga masih) Gagasmedia jauh dari kesan keras dan gelap. Pada tahun yang sama, saya memutuskan rehat menulis.

Selama tidak menulis, saya membaca. Dalam dua tahun, saya memerhatikan Gagasmedia berkembang. Penulis-penulis muda bermunculan dengan karya-karya yang, menurut saya, lebih menarik (lebih kaya pula) dari karya-karya serupa di penerbit-penerbit lain. Tentu saja, kita tidak sedang membicarakan sastra. Tetapi, genre lain juga bisa menjadi karya yang baik. Dalam fiksi remaja dan fiksi populer, kini Gagasmedia berlari di depan.

Maka, saat naskah ketiga selesai ditulis pada akhir 2011, saya kembali ke Gagasmedia. Rasanya, seperti pulang. Dan, saya memang ingin sekali menjadikan Gagasmedia rumah. Saya pernah mengikuti acara bincang-bincang Windy Ariestanty dengan Goodreads di salah satu toko buku di Depok. Windy membuat saya percaya, Gagasmedia menangani semua buku dengan sebaik mungkin karena mereka tahu dalam buku-buku itu ada impian para penulis, ada sesuatu yang ingin disampaikan dan harus tersampaikan dengan tepat, dan penerbit berperan penting dalam hal itu.

Nah. Penulis mana yang tidak mau bekerja sama dengan mereka?

Christian Simamora meminta saya mengurangi ocehan arsitektur dalam Memori, saya menurut. Dia meminta saya mengubah dunia fotografi dalam Montase menjadi dunia perfilman dokumenter, saya juga menurut. Gita Romadhona mengkritik, saya menyerapnya baik-baik. Jeffri Fernando dan Levina Lesmana memberi sampul bagaimana pun, saya suka. Mudin Em menginginkan saya dalam kegiatan-kegiatan promosi mereka (bahkan walau itu bukan untuk buku saya), saya berpartisipasi. Intinya, sekali lagi, saya percaya.

Yah, tidak ada penerbit yang sempurna, begitu juga Gagasmedia. Karena itu, di satu sisi, saya tetap kritis terhadap mereka. Dalam setiap proses pracetak, saya selalu berdiskusi dengan editor dan proof reader, terutama mengenai tata bahasa. Kami sama-sama belajar, sama-sama mengoreksi, dan saya yakin interaksi seperti ini akan membuat penulis dan penerbit sama-sama berkembang.

Pada masa mendatang, untuk waktu yang sangat lama, semoga saya bisa terus menjadi keluarga Gagasmedia. Salah satu impian saya (impian sepihak, tentu saja), menerbitkan sastra di Gagasmedia. Mungkin bukan saya. Mungkin penulis lain. Mungkin suatu saat Gagasmedia memenangi Khatulistiwa Literary Award untuk kategori Prosa. Siapa tahu? Dan, hei, bukannya AS Laksana sudah memulai itu dengan Murjangkung? Kalau begitu, mari kita doakan Murjangkung masuk KLA!

Selamat ulang tahun, Gagasmedia. Terus berkembang, oke?

13 comments:

  1. Senang membaca cerita Mbak Windry tentang Gagas, membuat aku kangen... Kangen pada sesuatu yang sebelumnya belum pernah aku miliki, #GagasMedia. Berharap bisa secepatnya bergabung dan menjadi bagian dari keluarga sehangat keluarga besar Gagas. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. bergabung marimari. kamu pasti betah :)

      Delete
    2. Mau jadi penulis, tapi naskahku belum cukup mumpuni, Mbak...
      Mau jadi editor, aku belum wisuda. hehe

      Delete
  2. Pengen banget bisa bergabung di keluarga besar Gagas Media:') Semoga aja impianku jadi penulis bisa tercapai

    ReplyDelete
  3. sangat inspiratif, kak! semoga suatu saat bisa berkenalan, dan bergabung dalam gagas media :)

    ReplyDelete
  4. Windry, ayo nulis sastra! *nungguin naskah sastra di GagasMedia*

    ReplyDelete
    Replies
    1. Jia duluan deh :p *siulsiul sambil kumpulin ilmu biar bisa nulis sastra*

      Delete
  5. Halooo mbak windy.. :) seneng baca blog nya deh...tulisan2 nya keren2..banyak ngasih inspirasi..hmm btw ngemeng2 soal inspirasi,pas lagi stuck,gimana sih munculin inspirasi? #iniserius Thx mbak..keep going! mumumumuuuahh.. :*
    oya,mampir dong klo sempet,mbak.. ;)
    http://viextraordinary.blogspot.com/

    ReplyDelete
    Replies
    1. terima kasih sudah mampir ke blogku :). pas lagi stuck, biasanya aku menjauh sebentar dari naskah. setelah pikiran kembali segar, aku mencoba mencari tahu apa yang bikin naskah susah dilanjutkan. aku paling mudah dapat inspirasi saat jalan-jalan :D

      Delete
  6. Ayo tulis yg sastra itu, Kak, karena kan yang punya Om Sulak cetakan pertamanya diterbitkan di akubaca, jadi ya besar kemungkinan menangin akubaca, hee

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehehe. ya, semoga aku berjodoh dengan sastra :p

      Delete