Ini bukan pembelaan. Saya ingin menulis ocehan ini pada satu dini hari ketika kakak angkat saya mengirim sebuah pesan. Tidak penting apa isi pesannya. Yang penting adalah ini: di pesan itu, dia memanggil saya Ndi.
Beberapa pembaca London: Angel mempertanyakan kebiasaan Gilang memberi julukan kepada teman-temannya. Ada yang berkata dia tidak menghargai mereka dengan begitu. Saat memutuskan bagian tersebut dalam novel London: Angel, saya tidak berpikir ke arah sana sama sekali. Dan, hingga saat ini saya tidak sependapat.
Dalam kehidupan saya, di lingkungan-lingkungan tempat saya tumbuh dan berinteraksi hingga sekarang, ada kebiasaan itu. Mama saya, misalnya. Oleh kakak-kakaknya dan teman-teman terdekatnya, dia dipanggil Wiwik, padahal itu bukan namanya yang benar. Wil, suami saya, oleh teman-teman terdekatnya juga, dipanggil Mat. Mat diambil dari nama personel Warkop DKI. Suami saya dan tiga temannya ini memang senang berlagak sebagai Warkop DKI (terkadang, mereka berlagak sebagai The Beatles). Jadi, masing-masing mendapat nama Dono, Kasino, Indro, dan Mat. Selain tiga temannya itu, tidak ada lagi yang memanggil suami saya Mat.
Saya sendiri dipanggil Ndi hanya oleh segelintir orang, kakak angkat saya dan teman-teman yang telah saya kenal selama tujuh belas tahun. Saat dahulu Wil memanggil saya Ndi untuk kali pertama (ketika itu kami belum menikah), saya sedikit tidak suka. Pasalnya, itu nama yang tidak boleh begitu saja dipakai orang untuk memanggil saya.
Bagi saya, nama panggilan adalah kemewahan. Itu salah satu cara untuk menunjukkan kedekatan seseorang dengan orang lain. Bayangkan, seseorang memanggilmu dengan nama yang tidak benar dan kau membiarkannya. Pasti ada ikatan emosi di antara kalian. Tidak selalu, memang. Tetapi, seperti itulah dalam kehidupan saya. Dan, saya ingin berbagi itu lewat London: Angel (dan barangkali lewat novel-novel saya selanjutnya). Seringkali, karya kita terinspirasi dari hal-hal yang ditemukan sehari-hari, bukan?
Nah. Apakah ada di antara teman-teman yang punya nama panggilan akrab?
saya termasuk pihak yg setuju dgn pendapat mbak windry. sebabnya sederhana saja, saya juga tumbuh di lingkungan yg membebaskan nama panggilan. malah saya menganggapnya sebagai budaya, dan rasanya gak salah kalau yg dipanggil saja gak mempermasalahkan.
ReplyDeleteteman ayah saya dipanggil Kucing, Kebo, dan sampai sekarang saya gak tahu nama asli mereka.
teman sekelas saya dipanggil Tebrot, Mbah Kaum, dan Firaun padahal nama aslinya adalah Rifky.
sahabat saya bernama Ulfa tetapi saya dan seorang sahabat lain memanggilnya X-zee.
saya memanggil kakak kembar dgn Gopcing dan Ndong, dan hanya saya (juga mereka berdua sendiri) yg memanggil mereka dgn nama-nama panggilan itu.
saya sendiri dipanggil Tita, padahal nama asli saya sama sekali berbeda. semata-mata karena keakraban dan kebiasaan :)
ya, kurasa kata kuncinya memang 'akrab'. kalian begitu akrab hingga tidak mempermasalahkan hal sepele semacam nama panggilan yang aneh.
Deletebtw, ayahmu seru amat XD. saya punya teman yang kami panggil Mak Ayam, serupa yah dengan Kucing dan Kebo.
Ketika membaca bab awal London, saya seolah melihat cerminan diri dalam tokoh Gilang. Alasannya sama, dalam panggilan tersebut seolah terjalin kedekatan emosional. Saya kepada teman-teman saya, kepada saudara-saudara atau bahkan kepada bunda, saya punya panggilan khusus yang membuat saya merasa sangat dekat dengan panggilan tersebut. Sama halnya dengan pembaca London, Mbak, mereka menganggap saya tidak menghargai, merusak nama oranglah atau apalah... tetapi orang-orang yang saya beri nama panggilan itu merasa tidak terganggu dan dengan begitu kami menjadi sangat dekat, kenapa tidak? Saya adalah orang yang sangat setuju dengan tulisan di atas.
ReplyDeleteyang tidak dilihat oleh orang-orang di luar ikatan adalah alasan nama panggilan itu hadir. seringnya, nama panggilan itu menyimpan kenangan berharga. seperti suami saya dan teman-temannya. nama panggilan Warkop DKI muncul karena mereka penggila grup lawak lama itu--kesamaan yang sekarang susah sekali ditemukan.
DeleteBelum ada sejam yg lalu saya menyelesaikan London, Mbak.. Dan saya terbius oleh kisah gilang ;)
ReplyDeleteSoal nama panggilan, saya setuju hal tsb adalah kemewahan, yg bahkan kita kadang nggak tau cara mendapatkannya hingga ia menjadi istimewa di hati kita :)
terima kasih sudah baca London :). nama panggilan memang kemewahan yang datang sendiri seiring terjalinnya emosi kita dengan seseorang.
DeleteSaya setuju :)
ReplyDeleteSaya juga punya nama panggilan khusus dari sahabat saya; "ceng", karena saya; keceng dan kalo jalan "menceng" kakinya hihihi. Ketika suatu saat ada teman saya yang manggil saya dengan sebutan itu, saya tidak suka, karena itu panggilan kesayangan dari 1 orang kan. :)
that's so sweet :'). salam buat sahabatmu ya. kompak selalu.
DeleteHihi iya Kak aamiin :)
DeleteSaya juga punya nama panggilan khusus antara aku dan adik perempuanku. Akupun begitu, punya nama panggilan khusus untuknya. nama panggilan ini agak terdengar jelek sih, hahaa... Waktu kecil kami sering banget berantem hingga satu sama lain memamnggil dengan nama yang berkesan mengejek. Uniknya, panggilan yang awalnya bertujuan mengejek tersebut, bertahan sampai sekarang. Anehnya lagi, sekarang kami merasa, itu adalah panggilan sayang antara kami berdua. Saya gak marah kalo dia yang manggil, begitu juga dia. Tapi kalo orang lain yang manggil kayak gitu, eits, no no no.. hahaaaa...
ReplyDeleteBtw, jadi ide nih untuk nulisin di blog sendiri soal nama panggilan saya :D TFS mba Windry
salam untuk adik perempuanmu ya :). kalian mengingatkan aku dengan adik lelakiku. kami juga punya nama panggilan khusus untuk berdua. kadang, perilaku yang seperti itu bikin hubungan menjadi hangat ya :')
Deletekak, saya juga punya nama panggilan. dan pertama dengar juga agak nggak suka. tapi lma2 saya tahu kalau teman2 memanggil saya begitu, berarti mereka memang merasa dekat dengan saya. jadi sekarang jadi terbiasa dengan panggilan saya. bahkan kalau pakai nama saya sendiri kadang saya malah nggak 'ngeh'. hehe. malah sebagian temen nggak tau nama asli saya. parah memang mereka ini. hehe
ReplyDeletekak Windry semangat untuk project selanjutnya! ditunggu!
seperti Bao Bao di Montase dong, yah. teman-temannya sudah nggak memanggil dia Rayyi lagi.
Delete