.

.

Tentang An dan Ju

gambar milik Olivia B. Waxman

Dahulu, saya sering berkisah tentang An dan Ju lewat cerita pendek. Mereka seperti sepasang kekasih yang hidup dalam banyak kepribadian dan dimensi. Awalnya, saya memakai An dan Ju berulang-ulang karena malas mencari nama lain. Saya harus menulis satu cerpen per hari dan nama adalah hal terakhir yang saya pikirkan. Lalu, lama-kelamaan itu menjadi kebiasaan. An dan Ju pun akrab dengan cerpen-cerpen saya. Kali ini, saya mengajak mereka hadir dalam novel. 

Judulnya, Afternoon Tea.

Saya mulai menulis naskah ini pada awal 2012, tidak lama setelah menyerahkan Montase, sebelum Memori terbit. Ya, hampir dua tahun lalu. Prosesnya cepat dan lancar, setidaknya hingga pertengahan cerita, tetapi keasyikan itu terputus karena saya harus merombak Montase atas permintaan penerbit. Ada jeda satu bulan sebelum saya kembali kepada An dan Ju. Tidak lama kemudian, lagi-lagi penulisan naskah ini terputus. Saya diajak penerbit menulis London. Ketika itu, saya, An, dan Ju sudah sampai di bab kelima belas. Tersisa lima bab saja.  

Saat akhirnya saya punya kesempatan untuk melanjutkan Afternoon Tea, saya menemui kesulitan. Penulisan London membutuhkan waktu lima bulan (enam bulan jika penyuntingan juga dihitung). Selama itu pula saya jauh dari An dan Ju. Kami tidak lagi akrab. Menulis tentang mereka tidak lagi asyik, entah kenapa. Dan, jujur saja, saya sempat frustrasi.

Lalu, saya menemukan pelarian. Hanna dan Kai. Kisah Hanna dan Kai selesai pada pertengahan 2013 sementara An dan Ju masih saja di bab kelima belas. Hubungan saya dengan mereka semakin renggang. Menyelesaikan naskah ini pun semakin sulit.

Tetapi, saya tidak suka berhenti di tengah jalan. Saya melakukan berbagai cara agar Afternoon Tea bisa selesai. Dan, akhirnya, beberapa hari lalu, saya berhasil. (Hore!). Rasanya, saya seperti habis berlari jauh. Lelah, tetapi ringan karena beban di kepala telah hilang.

Pelajaran yang saya petik dari pengalaman ini, jangan meninggalkan kisah dan tokoh-tokoh kita terlalu lama. Setialah pada satu naskah, selesaikan, baru tulis yang baru. Selingkuh itu tidak baik, hanya akan membuat masalah. Seperti yang saya alami.

Nah, tentang Afternoon Tea itu sendiri, naskah ini menceritakan penyesalan. Bagaimana jika seseorang melakukan kesalahan yang begitu besar hingga setiap hari dia berharap bisa memutar balik waktu dan mengulang segalanya dari awal? Idenya dikembangkan dari cerpen "Kucing Hitam, Lelaki Asing, dan Hujan Setempat". Suasananya manis dan sendu. Ada kue Prancis dan masakan Italia, sepasang gadis kembar, lelaki melankolis yang galak tetapi pemalu, hujan, payung merah, serta toko kecil di suburban. Ini naskah yang melahirkan tokoh Ayu untuk London.

Saya pernah posting beberapa petikan naskah ini di blog (silakan cek label 'novel excerp') . Ada juga board Pinterest berisi gambar-gambar yang menginspirasi saya selama penulisan. Saat ini, Afternoon Tea sedang diedit (oleh saya sendiri). Saya belum mengajukannya kepada penerbit. Ada satu alasan yang membuat saya tidak yakin untuk mengajukannya dalam waktu dekat. Tetapi, kita lihat saja nanti.

4 comments:

  1. Cayo kak! Semoga naskahnya benar-benar final. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. thanks yaaa. jadi semangat, deh. editingnya harus pelan-pelan, nih. terutama lima bab terakhir.

      Delete
  2. Saya kok malah berharap supaya kakak jadi yakin untuk mengajukan naskah Afternoon Tea ke penerbit, hehe.

    Semangat, kak!

    ReplyDelete
    Replies
    1. terima kasih. biasanya, setelah mengedit, saya lebih yakin untuk mengirim ke penerbit :)

      Delete