­

.

.

Hydeist


Tato di punggungku berbentuk sayap malaikat, sama persis seperti tato di punggung Hyde. Bedanya, tato milikku masih merah karena baru kemarin tato itu digambar oleh Kai. Aku sengaja memakai kaos hitam tanpa lengan malam ini, supaya ujung sayap di kedua pangkal lenganku terlihat dan aku bisa pamer. Tidak semua hydeist berani memilikinya. Tidak semua punya nyali.

Tidak semua seperti aku.

Kuhadapi cermin. Postur tubuhku kini ceking, hasil diet selama beberapa bulan. Wajahku berubah tirus seperti yang kuinginkan. Daguku menjadi lancip dan tulang pipiku terlihat jelas. Tapi alisku masih terlalu tebal. Seharusnya tidak setebal ini. Kuambil pisau cukur dan kukerik alisku. Mudah. Kurapikan sedikit dengan pinset dan pensil, dan kini aku memiliki alis tipis yang melengkung.

Aku menaburkan bedak di wajah. Kutaburkan juga perona pipi. Kupertajam bentuk mataku dengan bayangan hitam di pelupuknya. Kukenakan lipgloss dan kusapukan sedikit gliter. Setelah beberapa kali mencoba, kini aku mahir melakukan semua itu.

“Hyde? Vokalis banci dari band Jepang itu?”

“Dia bukan banci, Jo. Punya istri dan anak, gila!”

Jo tertawa. “Lu tuh yang gila! Hydeist, lu sekarang?”

“Hydeist, gue!”

Suara Hyde dan gitar listriknya memenuhi kamarku, berteriak begitu kuat seakan dengan musik dia bisa menghancurkan dunia. Aku berjingkrak-jingkrak seperti orang kerasukan dan memang ruh Hyde sedang merasukiku. Kuraungkan gitar listrik di tangan, mengikuti setiap melodi yang kudengar. Kuteriakkan keras-keras lirik berbahasa Jepang walau dengan nada sumbang. Kutirukan pose dan ekspresi yang biasa Hyde lakukan di atas panggung.

“Anjar! Matikan musik itu! Anjar!” Samar-samar kudengar suara kakak dari luar kamar. Dia menggedor pintuku.

“Anjar! Kamu sudah gila ya? Anjar! Matikan musik itu!”

Aku tidak menjawab. Kuletakkan gitarku lalu aku beralih menata rambut. Dulu rambutku ikal dan pendek. Sengaja kini kupanjangkan sebahu dan kuluruskan. Guru-guru kerap memarahiku karenanya. Aku dibawa ke ruangan mereka untuk diintimidasi tapi tidak kupedulikan. Aku justru mengecat coklat rambutku beberapa hari yang lalu.

Satu pasang dengan kaos hitam tanpa lenganku, celana panjang jins berwarna sama, syal abu-abu dan topi model derby. Pergelangan tanganku dihiasi gelang-gelang perak. Sebuah cincin bermata besar melingkar di jari tengah tangan kananku. Sebatang rokok menyelip di mulutku.

Hydeist adalah sebutan untuk orang-orang seperti aku.

Aku mendengarkan musik Hyde setiap saat sampai aku hapal di luar kepala, earphone I-Pod tidak pernah terlepas dari telingaku. Aku mengumpulkan semua album, single dan DVD konser Hyde yang kupesan langsung dari Jepang. Aku memburu majalah-majalah berisi artikel tentang Hyde, tidak satu majalah pun terlewat. Aku membeli suvenir-suvenir berbau Hyde. Aku bermain musik yang dimainkan oleh Hyde dan aku berpenampilan seperti Hyde berpenampilan.

Entah sejak kapan.

“Anjar! Keluar kamu dari kamar itu!”

Dan entah untuk apa.

“Anjar! Keluar kamu!”

Aku mematikan komputer dan musik Hyde berhenti. Sebagai gantinya, kudengar suara orang-orang saling berteriak di luar ruangan. Kubuka pintu kamar, kudapati kakakku berdiri di depan pintu dengan ekspresi marah. Dia berkata, “Gila kamu, Anjar! Sudah gila, kamu!”

Aku tidak menjawab. Kuambil kunci mobil.

“Mau kemana kamu?”

Tidak kutanggapi. Kulangkahkan kaki melintasi ruang keluarga yang berantakan. Sejumlah asesoris rumah pecah, serpihan-serpihannya bertebaran di lantai. Ayah dan Ibu ada di sana. Berdiri berhadapan di tengah ruangan. Mereka tidak melihat aku lewat. Mereka terlalu sibuk bertengkar. Tangan mereka saling menunjuk dan mulut mereka mengeluarkan makian-makian yang tidak pantas dikeluarkan oleh sepasang suami istri.

Mungkin karena ini dan sejak lama sekali.

“Anjar! Kamu tidak boleh pergi! Keadaan rumah sedang seperti ini.”

Kakak mengikutiku sampai keluar rumah. Aku menghampiri mobil sedan tua di halaman depan. Kubuka pintu lalu aku duduk di balik kemudi. Kulihat wajah kakak kini ketakutan. Dia hampir menangis. Aku tidak tega melihatnya tapi aku tidak bisa tidak pergi. Aku sudah ditunggu oleh teman-teman satu band-ku. Besok kami tampil di salah satu kafe bergengsi di Kemang, jadi aku tidak bisa bolos latihan.

“Tolong, Anjar. Jangan pergi. Kakak takut.”

Kutatap wajah kakak dalam-dalam. Dia menangis di samping jendela mobilku. Kubuka kaca jendela. Kuulurkan tangan untuk mengusap air mata di pipinya. Kuberikan senyum dan kuajak dia pergi. “Ayo, Kak. Ikut gue! Gue tunjukin kafe favorit Hydeist.

Jauh lebih nyaman daripada di sini.”

Kakak terdiam seraya menatapku ragu-ragu. Dia menelan ludah, lalu memutuskan untuk ikut. Malam itu, kami lari sejenak dari dunia, menghindar dan mencari sosok pengganti untuk kami idolakan.

Malam itu, kami menyebut diri kami Hydeist.


Jakarta, 25 Februari 2008
untuk Hydeist

Catatan: Hydeist adalah sebutan untuk kelompok pemuja Hyde, penyanyi Jepang beraliran rock. Hyde bertubuh kurus, pendek dan kerap berdandan cantik. Selain menyanyi, dia juga bermain gitar, mencipta lagu dan menulis lirik. Dia tergabung dalam sebuah band bernama L'Arc-en-Ciel.

11 comments:

  1. Hyde ^^, cerpenmu yang ini lebih populer dan ringan. Tapi aku suka.

    ReplyDelete
  2. terima kasih, Yos. kurasa suatu saat, cerpen ini harus dikembangkan lagi. masih bisa digali jauh lebih dalam. *ambisi seorang hydeist kekeke*

    ReplyDelete
  3. apa ad lanjutan crita nya ? atau
    ad cerpen ttg Hydeist lainnya ?

    hhaha. mnarik bgt !

    ReplyDelete
  4. thanks :D
    cerpen ini tidak ada lanjutannya. tapi kalau berminat membaca beberapa cerpen yang dihasilkan dari lagu-lagu L'Arc-en-Ciel, kamu bisa baca tulisan lama saya (di blog ini juga) yang berjudul:

    -Singin' in The Rain
    -Link
    -Kiss

    ReplyDelete
  5. wah, baru sempet buka blog anda lagi nih. ^^

    ngga ada lanjutannya ya.. ehm ehm..

    syang skali :(


    bkin cerpen Hydeist lainnya dong xD

    klw tidak keberatan. hhe.

    mav merepotkan :P

    ReplyDelete
  6. tidak, tidak, tidak! masa hyde dikatain banci.

    di MP posting cerpen enggak, Mbak?

    ReplyDelete
  7. haiii... di MP aku ngga posting cerpen :D... MP kan tempat curhat hehehe...

    ReplyDelete
  8. nemu cerpen ini di wattpad kak hehe ^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. oh ya? aku punya wattpad? (lupa)

      Delete
    2. ada kaak..kemarin iseng search di wattpad usernamenya "missworm" hehe

      Delete